Sunday, July 27, 2008

Gay On TV

Gay on TV: Leonard Franklin

Malam itu, sehingga saya bisa menulis ini, sungguh malam yg terasa lama sekali yg pernah saya rasakan. Saya tidak bisa tidur hingga pagi. Sampai akhirnya saya putuskan hanya menonton tv saja. Sampailah saya pada acara Nuansa Pagi di sebuah tv swasta yg berjargon 'OK'. Waktu itu pembawa acara mendatangkan seorang psikolog dan seseorang yang aktif dlm Komunitas Gay di Bandung, bernama Leonard Franklin, terkait masalah kasus mutilasi yg dilakukan seorang gay bernama Ryan di depok. Saya cukup kaget mendengar pernyataan dari Leonard Franklin ketika tiba pd waktunya dia diminta pendapatnya tentang perilaku Ryan ini. Dia dengan sungguh yakin dan merasa tdk bersalah menyatakan bahwa MEMANG KAUM HOMOSEXUAL ATAU GAY ITU MEMILIKI KECENDERUNGAN BERBUAT SADISME seperti yg dilakukan oleh Ryan. Menurut saya jelas2 pernyataannya itu tdk berdasarkan apapun dan terkesan asal jeplak. Toh dia bkn seorang observator yg meneliti ttg kehidupan gay. Dia hanya seorang yg setiap hari bisa bertemu dgn sesama gay dlm komunitasnya di Bandung. Dan itu tdk bisa dijadikan acuan dia untuk bisa berkata sembarangan.

Saya pikir pria homosexual, termasuk saya, adalah org yg beradab, org yg memiliki agama, org yg berpikir jernih meski dlm kondisi tekanan bathin apapun. Entah apa yg ada dlm pikiran Leonard Franklin terhadap semua kaum gay dan pria yg merasa dirinya gay. Entah apa penilaian dia terhadap dirinya sendiri. Mungkin dia juga menganggap rendah dirinya sendiri. Saya pikir gay itu org2 yg kuat, berprestasi, org2 yg tangguh menghadapi ujian dunia dan bukan makhluk yg mudah menumpahkan darah hanya karena masalah laki2 dan materi.

Anda merasa gay? Bagaimana pendapat anda?

Consultation By Movie 2

Consultation By Movie 2: Quickie Express

Film yg disutradarai oleh Dimas Djayadiningrat, ditulis oleh Joko Anwar dan dibintangi oleh Tora Sudiro (Jojo), Amink (Marley), Lukman Sardi (Piktor), Sandra Dewi (Lila), Rudi Wowor (Jan Pieter Gunarto), Ira Maya Sopha (Tante Mona), Tio Pakusadewo (Theo) dan beberapa pemeran pendukung lainnya ini memang terbilang menarik, bisa dibilang unique. Bagaimana tidak, Jojo yg berprofesi sbg Gigolo Executive menjalin cinta dengan Lila seorang calon dokter anak dari tante girang bernama Mona yg sekaligus customer Jojo yg sangat terobsesi pd Jojo. Lila jg sekaligus anak dari seorang Raja Preman High Class yg terlibat banyak masalah tindak kejahatan, Jan Pieter Gunarto.

Nah, saya tdk akan membahas aksi hot Jojo dgn mamanya Lila, atau membahas bagaimana Jojo yg seorang pekerja tambal ban tiba2 menjadi gigolo dgn bayaran tinggi karena punya 'barang dagangan' gede, atau membahas Marley (Amink), yg, kok bisa2nya juga jadi gigolo? Yg menarik buat saya adalah ketika Pieter, suami tante Mona sekaligus ayah dari Lila, membuntuti Jojo pulang dari hotel tempat istrinya dgn Jojo bertemu. Nah, sesampainya di rumah, Pieter yg dikenal sebgai preman itu tiba2 sudah nongkrong di ruang tamu rumah Jojo. Jojo kaget sekaligus ketakutan. Di scene inilah saya berharap ada tonjok2an atau ancaman Pieter sambil menodongkan pistol. Sayangnya tdk ada. Tapi ceritanya semakin menarik ketika Pieter memberikan sebuah foto laki2 yg mirip dgn Jojo yg ternyata sudah almarhum karena dibunuh, Bram namanya. Tiba2 adegan kembali semakin menarik ketika Pieter memeluk paksa dan menciumi Jojo sambil berkata akan memberikan apa saja buat Jojo asalkan Pieter bisa melampiaskan kerinduannya terhadap Bram kpd Jojo. Kontan Jojo berontak dgn dalih: "saya nggak biasa, oom!". Tapi Pieter yg ternyata gay itu seperti sedang 'tinggi', dia terus menciumi Jojo sambil berkata "... he was love of my life.. i love him.. i miss him.. kiss me.. kiss me..!". Selain scene itu penonton sekali lagi dibuat seperti berkata OMG! (oh my god) ketika di sebuah bahu jalan tol Pieter berterus terang akan pertemuannya dgn Jojo kpd tangan-kanannya, Theo, peranakan ambon yg juga ternyata adalah kekasih Pieter sekarang. Entah cemburu atau keceplosan, Theo berterus terang tentang pembunuhannya terhadap Bram kpd Pieter yg selama ini dia sembunyikan. Dan juga berkata pd Pieter akan mencari dan membunuh Jojo. Pieter jelas2 kaget dan shock mendengar Bram org yg dicintainya dibunuh oleh org yg selama ini menggantikan posisi Bram di hatinya.

Lalu, apa hubungannya konflik Pieter, Jojo dan Theo dgn berita kasus mutilasi yg dilakukan oleh seorang gay bernama Veri Idam Henyaksyah alias Ryan di apartemen Margonda Garden Residence Depok? Nggak ada kaitannya memang. Tapi kasus mutilasi yg dilakukan Ryan ini bisa anda masukkan sebagai scene penambah ttg pembunuhan Theo terhadap Bram yg tdk ada pd film Quickie Express di atas. Ya, sekadar penambah dramatisir saja. Sama2 cemburu, sama2 gelap mata karena tdk mau kekasih gay-nya, Noval, direbut pria lain. Cinta dibumbui cemburu memang dipercaya dpt memperindah cinta itu sendiri. Tapi cemburu sampai2 membunuh org lain? Wah, itu sih nggak bisa ditolerir lagi. Eits... jangan men-judge Ryan dulu hanya karena membunuh pria yg mendekati Noval. Coba deh kalo kita di posisi Ryan yg nyata2 si korban mutilasi bilang sama Ryan rela membayar padanya berapapun asalkan bisa ML sama Noval, secara, Noval akan mempersunting Ryan sebagai 'istri' di Belanda nanti. Ya, meskipun membunuh tdk bisa dikategorikan sbg pengorbanan cinta kpd pasangan, tapi hal itu setidaknya menunjukan bahwa kecintaan Ryan pd Noval bisa dibilang gedeeeee bangeeets. Asalkan jgn ada golok, eeh, udang di balik batu aja, apalagi golok di balik bantal, bisa2 Ryan ngebunuh Noval juga saking telanjur cemburunya. Tapi kayaknya nggak mungkin, secara, si Ryan dan Noval ini sudah ditangani pihak polisi sbg tersangka dan sbg penadah barang2 hasil pembelian barang2 dgn menggunakan credit card si korban. Perkembangan dlm penyelidikan ternyata ada 4 mayat lain ditemukan di sekitar rumah Ryan di Jombang. Dan 5 nama lain yg disebutkan Ryan masih dalam penyelidikan lebih lanjut. Wuih.... nggak jadi ke Belanda dong, Yan... ?

Consultation By Movie

Consultation By Movie: Radit & Jani

Film yg disutradarai dan ditulis oleh Upi dan dibintangi yg salah satunya oleh Vino G. Bastian (Radit) dan Fahrani (Jani). Film yg bertajuk Brutally Romantic ini terbilang menarik untuk kalangan remaja ke atas buat disimak. Namanya juga Romantic, ya, isinya pure romantic dengan dibumbui kehidupan Radit yg seorang anak band suami dari pasangan muda nan cantik, Jani. Radit memang ber-attitude dgn segala asumsi org2 terhadap anak band yg suka nge-drug, sex bahkan diperparah dgn kebiasaanya mengutil di mini market, nyuri HP, bahkan nekat nyolong barang di rumah ortu Jani untuk sekadar menyambung hidup. Parahnya semua ini tak lepas dari attitude Jani yg tidak jauh berbeda sama Radit. Jani ngerasa cocok saja sama Radit dgn segala kebiasaan dan bad habit-nya mereka berdua.

Kalau boleh dibilang, untuk mencari pasangan yg ngerti kita memang tdk mudah, apalagi di tengah org2 yg men-judge negatif. Tapi kalau melihat mereka ternyata banyak pelajaran juga. Pengorbanan. Kita bisa menjadi bukan diri kita sendiri saat kita merasa mencintai seseorang. Dan itu pernah terjadi pd diri saya sendiri.

Suatu saat saya diperkenalkan dgn seorang pria bernama Abi (nama samaran) pacar teman perempuan saya di sebuah tempat nongkrong. Saya, Indah (nama samaran), Mia (nama samaran juga) datang lebih awal. Kemudian Abi menyusul. Perkenalan di sebuah tempat hangout di salah satu bilangan Bogor ini memang bisa dibilang lucu dan tdk biasa. Biasa, namanya pacaran pasti ada saat2 berantemnya. Waktu itu Indah yg kebanyakan diam terlihat tdk peduli sama Abi. Alhasil Abi jadi kebanyakan mengobrol sama saya. Bahkan untuk menggoda Indah yg sedang ngambek, Abi bisa2nya becanda nyuapin juice alpukat sama saya. Waduh, stres nih org kata saya dlm hati. Saya memang terbilang cuek orgnya, semua candaan Abi saya sambut dgn cuek juga. Apalagi Abi yg berbadan bidang itu lumayan tampangnya. Dari perkenalan itu jadi cukup akrab dgn saya. Singkatnya saya jadi tahu kalau dia itu ternyata bandar ganja kecil2an dan 'minuman' jadi pelariannya kalau lagi banyak masalah. Suatu waktu dgn alasan biar lebih membaur dgn dia, saya kepikiran order ganja sama Abi. Alhasil saya jadi 'pemake' dadakan. Seringnya sih, ya, 'make' berdua sama dia.

Entah kenapa saya jadi teringat sama Abi ketika selesai nonton film "Radit & Jani". Itulah kenapa saya mau menulis semua ini selesai nonton. Karena sedikit banyak Abi sudah memberikan warna pd lika-liku hidup saya. Karena dia pernah menjadikan saya Secret Admire utk beberapa lama. Pertemanan saya dgn Abi tdk jauh beda dgn sebuah pertemanan dua org sahabat sewajarnya: nongkrong bareng, motor2an berdua nggak tahu arah, sampai2 menenggak minuman beralkohol yg sebelumnya tdk pernah saya lakukan. Semua untuk apa? Semua hanya untuk sekadar lebih berebaur sama kehidupan Abi. Salah memang. Tapi itulah namanya pengorbanan untuk jiwa. Pengorbanan pd seseorang yg kita sayangi. Kalau itu bisa dibilang pengorbanan. Selayaknya pengorbanan Radit untuk Jani. Pengorbanan Jani untuk seorang Radit. Saya bukan tipe laki2 yg nekat dan berterus terang akan perasaan saya terhadap Abi. Saya biarkan semua mengalir apa adanya, karena saya tahu sebuah takdir dan takdir saya bukan untuk merusak persahabatan dgn cara berterus terang pd Abi walaupun saya benar2 ingin terus bersama Abi. Saya terlalu berbahagia Tuhan mempertemukan saya dengan Abi. Dan selanjutnya saya hanya menunggu kehadiraan seorang laki2 lain yg Tuhan kirimkan untuk menguji saya lagi ketika akhirnya Abi menikah dengan Indah. Selamat untuk kalian berdua dan terima kasih untuk sejuta kenangan yg telah kalian bagi untuk saya. Dan seperti halnya Radit yg merelakan Jani berbahagia karena merasa tdk bisa memberikan kebahagian padanya untuk menikah lagi dan menjadi suami pria lain.

Bagaimana kalian menanggapi dilema ini? Saya tahu kehidupan saya dan kalian tdk terlalu jauh berbeda. Dan saya tahu di antara kalian ada yg sedang berbahagia karena sudah menemukan laki2 yg mncintai kalian dan bersedia melewati semua permasalahan berdua.